Powered By Blogger

Selasa, 03 Mei 2011

Rinduku Mendekap Bayang

Oleh : DioN Erbe

Saat kau menoleh ke belakang, ku baca bait demi bait kisahmu
Bagai genderang bertalu suaranya menusuk anak telinga
Getarannya seakan membelah langit, memecah karang
Kutersentak..!! detak jantungku berhenti sesaat
”Inikah kisah paling sunyi  di goa kegelapan...”
ada titik airmata mengambang, diseling desiran darah di aorta-ku

Dulu...
Luka itu, menggurat di batu gua terukir kuat
Kau coba tutup pintunya dengan bongkahan bening hatimu,
Meruntuhkan dengan logika cergas kecerdasanmu
Di saat  terik matahari berada diatas kepalamu
Hingga menggamit rasa pedihmu

Kini...
Senyummu indah bagai gugusan pegunungan hijau membentang,
tersungkur penuh rasa syukur pada Ilaahi Rabb,
di sepanjang sajadah sujudmu
Tepian malam adalah oase segar saat munajatmu berharap
Tak ingin mengulang ”bagai orang buangan” yang disingkirkan
Padahal kau adalah kilau berlian

Sungguh tak pernah kau lupakan,
Ketika daun hijau rerimbun menyelara di batang kenangan

Rinduku mendekap bayang..!
Tiga windu titian waktu kan kutunggu..!

Dan aku bagai selasar yang masih ingin menjadi songsong
Jejak kasihmu yang suci murni
Bersama buah hatimu,
Anak-anakmu


Semarang, 1 Januari 2010



Keterangan :
Cergas = giat, cekatan
Menyelara = (daun tua yg menguning dan akhirnya gugur)
Selasar=beranda tempat rakyat menghadap pembesar
Songsong = Payung kebesaran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar